Hukum-hukum Tajwid
Wakaf
Wakaf menurut etimologi berarti
berhenti/menahan. Menurut istilah tajwid berarti memutuskan suara di akhir kata
untuk bernafas sejenak dengan niat meneruskan bacaan selanjutnya.
Wakaf Lazim
Wakaf Lazim (harus), yaitu berhenti di
akhir kalimat sempurna. Wakaf Lazim disebut juga Wakaf Taam (sempurna) karena
wakaf terjadi setelah kalimat sempurna dan tidak ada kaitan lagi dengan kalimat
sesudahnya. Tandanya:(
م ).
Wakaf Ja'iz
Wakaf Ja'iz (boleh), yaitu bacaan yang boleh
washal (disambung) atau wakaf (berhenti).
Wakaf jenis ini terbagi dua, yaitu yang terkadang disambung lebih baik dan yang
terkadang berhenti lebih baik.
Wakaf Kafi
Wakaf Kafi (cukup), yaitu bacaan yang boleh
washal atau wakaf, akan tetapi wakaf lebih baik daripada washal. Dinamakan kafi
karena berhenti di tempat itu dianggap cukup tidak membutuhkan kalimat sesudahnya
sebab secara lafal sudah tidak ada kaitannya. Tandanya:(
قلي ).
Wakaf Tasawi
Wakaf Tasawi (sama), yaitu tempat berhenti yang
sama hukumnya antara wakaf dan washal. Tandanya:(
ج ).
Wakaf Hasan
Wakaf Hasan (baik), yaitu bacaan yang
boleh washal atau wakaf, akan tetapi washal lebih baik dari wakaf. Dinamakan
hasan (baik) karena berhenti di tempat itu sudah baik. Tandanya:(
صلي
).
Wakaf Muraqabah
Wakaf Muraqabah (terkontrol) yang disebut juga
ta`anuqul-waqfi (wakaf bersilang), yaitu terdapatnya dua tempat wakaf di lokasi
yang berdekatan, akan tetapi hanya boleh berhenti pada salah satu tempat saja.
Wakaf Mamnuk
Wakaf Mamnuk (terlarang), yaitu berhenti di
tengah-tengah kalimat yang belum sempurna yang dapat mengakibatkan perubahan
pengertian karena mempunyai kaitan yang sangat erat --secara lafal dan makna--
dengan kalimat sesudahnya. Oleh karena itu, dilarang berhenti di tempat seperti
ini. Tandanya:(
لا )
Saktah Lathifah
Saktah Lathifah (berhenti sejenak), yaitu
memutuskan suara (selama dua harakat) di akhir kata tanpa bernafas. Tandanya:(
س
)
Hamzah
Hamzah dalam Alquran terbagi dua
macam, yaitu hamzah qath`i (putus) dan hamzah washal (sambung).
Hamzah Qath`i
Hamzah Qath`i, yaitu hamzah yang eksis dalam lisan
sewaktu membacanya dan eksis pula dalam tulisan. Dinamakan hamzah qath`i karena
pembaca memutuskan bacaan sebagian huruf tertentu dari huruf lain. Hamzah
Qath`i bisa terletak di awal, di pertengahan atau di akhir kalimat. Hamzah ini
juga bisa terdapat pada kata benda, kata kerja dan huruf. Aturan bacaannya
harus dituturkan dengan jelas (izhar).
Hamzah Washal
Hamzah Washal, yaitu hamzah yang eksis
di lisan bila terdapat di permulaan bacaan dan gugur ketika disambung.
Dinamakan washal karena hamzah tersebut berfungsi sebagai penyambung dalam
membaca huruf yang sukun di awal kalimat. Tandanya: Huruf shad kecil di atas
alif.
Jika hamzah washal terletak di awal kata benda
(isim ma`rifah) yang ditandai dengan alif-lam di awal bacaan, maka hamzah
tersebut dibaca fathah. Contohnya:(
الحمد لله رب
العالمين - الرحمن الرحيم )
Jika hamzah washal terdapat di awal kata kerja
yang huruf keduanya berbaris fathah atau huruf ketiganya berbaris kasrah atau
terletak pada bentuk mashdar dari fi`il madli, maka hamzah tersebut dibaca
kasrah. Contoh,(
استكبارا فى الأرض ) (
ارجع اليهم
) (
ادفع بالتى هي أحسن
)Catatan: Hamzah washal sama`i (tanpa kaedah) terdapat pada tujuh kata benda,
yaitu:(
ابن - ابنة - امرؤ - امرأة - اثنين - اثنتين
- اسم ) Hamzah
washal yang terdapat di awal kata pada awal bacaan wajib dibaca kasrah.
Jika hamzah washal terletak di awal kata kerja
perintah (fi`il amr) yang huruf ketiganya berbaris damah, maka hamzah tersebut
dibaca damah. Contoh,(
ادع إلي سبيل ربك - اركض
برجلك )
Dalam keadaan disambung, hamzah washal tidak
dibaca karena huruf sukun berikutnya berkaitan dengan huruf sebelumnya. Dengan
demikian hamzah washal tidak lagi dibutuhkan karena itu hamzah tersebut tidak
dibaca pada saat disambung. Hamzah Washal, dibaca fathah, kasrah atau damah
jika berada di permulaan bacaan. Jika hamzah washal terletak di tengah-tengah
kalimat, seperti:(
والله ), (
وبالحق ),maka hamzah tersebut tidak
dibaca sama sekali, karena penyebutannya ketika itu tidak ada urgensinya.
Kalkalah
Kalkalah menurut etimologi berarti getaran.
Menurut istilah tajwid berarti getaran suara yang terjadi ketika mengucapkan
huruf yang sukun sehingga menimbulkan semacam aspirasi suara yang kuat, baik
sukun asli atau pun tidak. Huruf kalkalah ada lima, yaitu huruf-huruf yang
tergabung dalam(
قطب جد )yaitu: huruf
ج, ب,
ط, ق dan
د
. Syarat kalkalah: Hurufnya harus sukun, baik sukun asli atau yang terjadi
karena berhenti pada huruf kalkalah.
Level kalkalah yang paling rendah terjadi
apabila huruf kalkalah terletak di tengah-tengah kata. Seperti huruf qaf pada
kalimat.(
وخلقناكم أزواجا )
Level kalkalah yang sedang (pertengahan) terjadi
apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut tidak bertasydid.
Seperti huruf Thaa pada kalimat.(
والله من ورائهم
محيط )
Level kalkalah yang
paling keras terjadi apabila berhenti pada huruf kalkalah sedang huruf tersebut
bertasydid. Seperti huruf qaf pada.(
قال رب احكم بالحق )
Nunsukun
Nun sukun, : yaitu nun yang berbaris sukun yang
bacaannya tergantung dengan huruf yang datang berikutnya. Nun tanwin (baris
dua), yaitu nun sukun tambahan yang terdapat di akhir kata jika kata tersebut
dilafalkan atau disambung dan hilang jika kata tersebut ditulis atau dijadikan
tempat berhenti. Tandanya: Dua damah(
ٌ ), dua fathah(
ً )atau
dua kasrah(
ٍ ).
Nun sukun yang terjadi dari tanwin ini
diperlakukan sama seperti nun sukun dalam cara membacanya. Catatan: Apabila ada
nun sukun atau tanwin dan sesudahnya terdapat hamzah washal, maka kedua-duanya
tidak boleh dibaca dengan izhar, idgham, iqlab atau ikhfa, akan tetapi harus
dibaca kasrah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun, kecuali huruf
nun pada(
ِمن )--anggota huruf jar--, maka
nun tersebut harus dibaca fathah untuk menghindari bertemunya dua huruf yang
sukun, karena beratnya pindah dari baris kasrah ke baris fathah. Catatan lain:
Ketentuan-ketentuan yang terdapat pada nun sukun atau tanwin hanya terjadi pada
waktu washal (bersambung) saja, bukan pada waktu wakaf (berhenti).
Iqlab menurut etimologi berarti merubah sesuatu
dari bentuknya. Menurut istilah tajwid berarti meletakkan huruf tertentu pada
posisi huruf lain dengan memperhatikan ghunnah dan penuturan huruf yang
disembunyikan (huruf mim).
Dinamakan iqlab karena terjadinya perubahan
tuturan nun sukun atau tanwin menjadi mim yang tersembunyi dengan disertai
dengung. Huruf iqlab hanya satu, yaitu baa.
Idgham menurut etimologi berarti memasukkan
sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid berarti memasukkan huruf yang
sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi satu huruf yang
bertasydid. Idgham terbagi dua: - Idgham Bighunnah (disertai dengung) - Idgham
Bila Ghunnah (tanpa dengung).
Catatan: Idgham tidak terjadi kecuali dari dua
kata. Huruf-huruf idgham ada enam, yaitu yang tergabung dalam kalimat(
يرملون
).
Idgham bighunnah mempunyai empat huruf, yaitu
yang tergabung dalam kalimat(
ينمو ), yaitu:
م, ن, ي
dan
و . Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau
tanwin (dengan syarat di dalam dua kata), maka harus dibaca idgham bighunnah, kecuali
pada dua tempat, yaitu: pada ayat(
يس والقرآن الحكيم
)dan(
ن والقلم وما يسطرون )yang harus dibaca izhar mutlak, berbeda dengan
kaedah aslinya. Hal ini sesuai dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.
Idgham bila ghunnah mempunyai dua huruf, yaitu:(
ر )dan(
ل ).
Apabila salah satu hurufnya bertemu dengan nun sukun atau tanwin (dengan syarat
di dalam dua kata), maka bacaannya harus idgham bila ghunnah kecuali nun yang
terdapat pada ayat(
َمن راق ), karena di sini harus dibaca saktah (diam
sebentar tanpa bernafas) yang menghalangi adanya bacaan idgham.
Izhar menurut etimologi berarti memperjelas dan
menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf-huruf izhar dari
makhrajnya tanpa disertai dengung.
Izhar halqi menurut etimologi berarti
memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan
huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung Dinamakan halqi karena
makhraj huruf-hurufnya dari halq (kerongkongan).
Hurufnya enam, yaitu:
غ ,ح ,ع, ,ه ,ء dan
خ .
Izhar mutlak menurut etimologi berarti
memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid berarti melafalkan
huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa disertai dengung. Dinamakan mutlak
karena tidak ada kaitannya dengan kerongkongan atau bibir. Izhar mutlak terjadi
apabila nun sukun(
ْن )bertemu dengan ي atau و dalam
satu kata. Izhar semacam ini dalam Alquran hanya terdapat pada empat tempat
yaitu: (
الدنيا - بنيان - صنوان - قنوان ) dan (
يس والقرآن الحكيم) , (
ن والقلم وما يسطرون )karena aturan bacaan
kedua-duanya adalah izhar mutlak walaupun berada dalam dua kata. Hal ini sesuai
dengan bacaan yang diriwayatkan oleh Imam Hafsh.
Ikhfa menurut etimologi berarti menyembunyikan.
Menurut istilah tajwid berarti melafalkan huruf antara izhar dan idgham tanpa
tasydid dan disertai dengan dengung. Disebut juga ikhfa hakiki (real) karena
kenyataannya persentase nun sukun dan tanwin yang disembunyikan lebih banyak
dari huruf lainnya. Huruf ikhfa ada lima belas, yaitu awal kata dari kalimat: (
صف/ ذا/ ثنا/ كم/ جاد/ شخص/ قد/ سما/ دم/
طيبا/ زد/ في/ تقى/ ضع/ ظالما )
Nun dan mim bertasydid, yaitu setiap nun atau
mim yang bertasydid. Huruf yang bertasydid pada dasarnya berasal dari dua
huruf, yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Mim bertasydid berasal dari dua mim, yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat. Mim yang pertama
dimasukkan/berassimilasi ke dalam mim yang kedua, maka terjadilah satu huruf yang
bertasydid. Hukum mim tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Mim yang
bertasydid juga disebut tasydidul ghunnah.
Nun bertasydid berasal dari dua huruf nun, yang
pertama sukun dan yang kedua berharakat. Nun yang pertama
dimasukkan/berassimilasi ke dalam nun yang kedua, maka terjadilah satu huruf
yang bertasydid. Hukum nun tasydid harus dibaca ghunnah dua harakat. Nun yang
bertasydid disebut juga tasydidul ghunnah.
Mim Sukun, yaitu mim yang tidak berharakat. Mim
semacam ini bisa terdapat sebelum semua huruf hijaiah kecuali tiga huruf mad(
ا , و , ي )untuk menghindari bertemunya dua huruf yang sukun.
Izhar Syafawi menurut etimologi berarti
memperjelas dan menerangkan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan
huruf-huruf izhar dari makhrajnya tanpa dengung. Dinamakan syafawi karena mim
sukun makhrajnya dari pertemuan dua bibir, sedangkan penisbahannya kepada izhar
karena ketepatan pengucapannya sama dengan pengucapan huruf izhar. Izhar
Syafawi mempunyai 26 huruf, yaitu semua huruf hijaiah selain huruf mim dan ba.
Catatan: Jika terdapat huruf wau dan fa setelah mim sukun, huruf mim wajib
dibaca izhar syafawi sehingga terhindar dari keraguan membacanya dengan ikhfa.
Sebaliknya, huruf mim wajib dibaca ikhfa ketika bertemu dengan huruf ba.
Alasannya, karena makhraj huruf mim dengan huruf wau adalah sama dan antara
makhraj huruf mim dengan huruf fa sangat berdekatan.
Ikhfa Syafawi menurut ethimologi berarti
menyembunyikan. Menurut istilah tajwid ialah melafalkan huruf yang sifatnya
antara izhar dan idgham (tanpa tasydid) disertai dengan dengung. Dinamakan
syafawi karena huruf mim dan ba makhrajnya dari pertemuan dua bibir. Ikhfa
Syafawi hanya mempunyai satu huruf, yaitu ba.
Idgham mitslain shaghir menurut etimologi
berarti memasukkan sesuatu ke dalam sesuatu. Menurut istilah tajwid ialah
memasukkan huruf yang sukun ke dalam huruf yang berharakat sehingga menjadi
satu huruf yang bertasydid. Disebut mitslain karena berasal dari dua huruf yang
makhraj dan sifatnya identik, sedangkan disebut shaghir adalah karena huruf
yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Idgham mitslain shaghir mempunyai
satu huruf, yaitu mim.
Huruf lam yang sukun dalam Alquran terbagi dalam
tiga macam: Lam Takrif, lam fi`il dan lam huruf.
Yang dimaksudkan dengan alif-lam takrif adalah
alif-lam yang masuk pada kata benda merupakan tambahan dari bentuk dasarnya,
baik kata benda tersebut bisa berdiri sendiri tanpa alif dan lam, seperti kata(
الأرض )atau pun tidak bisa berdiri
sendiri seperti kata (
الذين ).
Penambahan alif dan lam pada(
الذين )adalah wajib karena kedua huruf itu tidak bisa
dipisahkan dari kata benda tersebut. Bentuk seperti ini hukum bacaannya wajib
idgham, jika terdapat setelahnya lam, seperti(
الذي )dan wajib izhar, jika terdapat setelahnya ya, seperti(
اليسع )atau hamzah, seperti(
الأن ).
Lam qamariah mempunyai empat belas huruf, yaitu
yang tergabung dalam kalimat:(
ابغ حجك وخف عقيمة ).
Hukum lam qamariah adalah izhar, sebab jarak
antara makhrajnya dan makhraj huruf-huruf qamariah tersebut berjauhan.
Lam syamsiah mempunyai empat belas huruf, yaitu
yang terdapat pada awal kata dari kalimat:(
طب/ ثم/ صل/ رحما/ تفز/ ضف/ ذا/ نعم دع/ سوء/ ظن/ زر/ شريفا/ للكرم ).
Hukum lam syamsiah adalah idgham, sebab makhraj kedua lamnya sama, sedangkan
jarak antara makhraj lam syamsiah dengan makhraj huruf-huruf syamsiah lainnya
berdekatan.
Lam fi`il adalah lam sukun yang terdapat pada
kata kerja (fi'il), baik bentuk lampau (fi'il madli), bentuk sekarang
(mudlori') atau bentuk perintah (amar), baik di pertengahan atau di akhir kata.
Jika setelah lam fi`il terdapat huruf ra atau
lam, maka harus dibaca idgham.
Sebaliknya, jika setelah lam fi`il terdapat
selain huruf ra dan lam, maka harus dibaca izhar.
Yang dimaksud dengan lam huruf adalah lam sukun
yang terdapat pada huruf. Ini hanya terdapat pada(
هل )dan(
بل )saja, tidak terdapat pada kata lain dalam Alquran.
Jika setelah huruf lam terdapat ra atau lam,
maka harus dibaca idgham, kecuali pada ayat(
بل ران )yang harus dibaca izhar karena adanya saktah yang merupakan
penghalang terjadinya assimilasi suara.
Jika setelah lam terdapat selain huruf ra dan
lam, maka harus dibaca izhar.
Mad menurut etimologi berarti tambahan. Menurut
istilah tajwid berarti memanjangkan suara sewaktu membaca huruf mad atau huruf
layin jika bertemu dengan hamzah atau sukun. Huruf mad ada tiga, yaitu alif,
wau dan ya. Syarat mad: Huruf sebelum wau berbaris damah, sebelum ya berbaris
kasrah dan sebelum alif berbaris fathah. Jika huruf yang sebelum ya atau wau
sukun itu berbaris fathah, tidak disebut huruf mad, akan tetapi disebut dengan
huruf layin.
Mad Tabii atau mad asli, yaitu bila huruf yang
setelah mad bukan huruf hamzah atau sukun. Dinamakan tabii karena mad tersebut
merupakan sesuatu yang tabii (alami), kadarnya tidak kurang dan tidak lebih.
Aturan membacanya sepanjang dua harakat.
Huruf mad tetap eksis di saat washal atau wakaf,
baik huruf mad itu terletak di tengah seperti pada kata(
مالك ) (
يوصيكم
)atau di akhir seperti pada kata(
الشمس وضحاها ).
Syarat mad tabii adalah tidak terdapat huruf hamzah atau sukun setelah huruf
mad tersebut.
Mad asli atau tabii bisa terjadi pada shilah
shughra, yaitu huruf wau kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris
damah dan ya kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah. Agar
ha dhamir bisa disambung dengan wau atau ya, disyaratkan agar huruf itu harus
terdapat di antara dua huruf yang berharakat, seperti(
إنه هو ) (
به بصيرا ).
Dalam hal ini, wau dan ya dibaca panjang, dua harakat (dengan syarat tidak
terdapat huruf hamzah pada kata lain) ketika washal, sedangkan ketika wakaf
tidak dibaca panjang.
Mad asli atau tabii bisa juga terjadi pada huruf
mad yang eksis ketika wakaf dan hilang ketika washal. Hal ini terjadi pada
huruf alif pengganti tanwin (fathatain) seperti(
عليمًا حكيمًا ),jika berhenti pada huruf alif(
حكيمًا ).
Hal mana mad akan hilang bila disambung dengan
kata sesudahnya.
Mad Far`i adalah mad yang merupakan tambahan
terhadap mad tabii karena salah satu dua sebab, yaitu hamzah dan sukun.
Mad Muttashil (bersambung), disebut mad
muttashil bila dalam satu kata bertemu mad tabii dengan huruf hamzah. Dinamakan
muttashil karena mad tabii bertemu dengan huruf hamzah dalam satu kata. Mad
muttasil disebut juga mad wajib. Aturan bacaannya sepanjang empat harakat atau
lima harakat atau enam harakat ketika berhenti.
Mad Munfashil (terpisah), disebut mad munfashil
bila mad tabii bertemu dengan huruf hamzah di kata berikutnya. Dinamakan
munfashil karena huruf mad dengan huruf hamzah terdapat pada kata yang berbeda.
Aturan membacanya boleh sepanjang dua harakat, empat harakat atau lima harakat
menurut Imam Hafsh. Termasuk mad munfashil adalah shilah kubra, yaitu bila wau
kecil yang terdapat setelah ha dhamir yang berbaris damah dan ya kecil yang
terdapat setelah ha dhamir yang berbaris kasrah bertemu dengan hamzah di lain
kata. Aturan membacanya sama dengan mad shilah di saat washal, sedangkan di
saat wakaf tidak dibaca panjang.
Mad Aridh, disebut mad aridh bila huruf mad atau
huruf layin bertemu dengan sukun yang terjadi karena wakaf. Dinamakan aridh
karena mad asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf, jika
diwashal dia tetap sebagai mad tabii. Aturan membacanya boleh tiga macam;
pendek (dua harakat),sedang (empat harakat), panjang (enam harakat).
Contoh,(
الحمد لله رب العالمين ).
Hal yang sama juga diperlakukan pada mad layin
ketika wakaf. Contoh,(
فليعبدوا
رب هذا البيت ).
Dinamakan mad layin (lembut) karena
pengucapannya lembut dan mudah.
Mad Badal, disebut mad badal bila huruf hamzah
terdapat sebelum mad tabii di dalam satu kata (setelah mad tidak ada lagi
hamzah atau sukun).
Dinamakan mad badal karena huruf mad merupakan pengganti dari huruf hamzah, di
mana asal dari mad badal pada umumnya adalah karena bertemunya dua hamzah dalam
satu kata, yang pertama berharakat dan yang kedua sukun, seterusnya huruf
hamzah yang kedua diganti menjadi huruf mad yang sesuai dengan jenis harakat
huruf hamzah yang pertama, untuk meringankan bacaan. Jika huruf hamzah yang
pertama berbaris fathah, maka yang kedua diganti menjadi huruf alif seperti(
آمنوا )asalnya(
ءأمنوا ), jika huruf yang pertama berbaris kasrah, maka yang kedua
diganti menjadi huruf ya seperti(
إيمانا ), asalnya(
إئمانا ), jika huruf yang pertama
berbaris damah, maka huruf yang kedua diganti menjadi huruf wau seperti(
أوتوا )asalnya(
أؤتوا ).
Aturan membacanya adalah sepanjang dua harakat
seperti mad tabii.
Mad Lazim, disebut mad lazim adalah bila mad
tabii bertemu dengan sukun yang tetap eksis baik dalam keadaan washal atau
wakaf, baik dalam satu kata atau pun tidak. Dinamakan lazim (harus) karena mad
tersebut harus dibaca enam harakat dan karena keharusan eksisnya sukun, baik
ketika washal atau pun wakaf.
Mad Lazim Mutsaqqal Harfi adalah mad tabii yang
bertemu dengan sukun asli (bukan karena wakaf) pada salah satu huruf hijaiah
yang bertasydid. Dinamakan harfi karena sukun asli tersebut terdapat setelah
huruf mad. Hal ini terdapat pada huruf-huruf hijaiah yang terletak di awal
beberapa surat. Dinamakan mutsaqqal karena berat mengucapkannya karena adanya
tasydid pada sukun tersebut. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat.
Contohnya ialah huruf lam dalam(
الم ).
Mad Lazim Mukhaffaf Harfi adalah mad tabii yang
bertemu dengan sukun asli pada salah satu huruf hijaiah yang tidak bertasydid.
Dinamakan mukhaffaf karena ringan mengucapkannya akibat tidak adanya tasydid
dan ghunnah pada mad itu. Contohnya huruf mim dalam(
الم ).
Catatan: Huruf hijaiah yang terdapat di
permulaan surat ada empat belas huruf, yaitu yang tergabung dalam kalimat:(
صله سحيرا من قطعك ).
Ini terbagi ke dalam empat bagian. Pertama yang
jumlah hurufnya ada tiga, di mana huruf mad terletak di tengah-tengah. Ada
tujuh huruf yang termasuk dalam bagian ini, yaitu yang tergabung dalam
kalimat:(
كم عسل نقص )kecuali huruf `ain. Bagian
pertama ini aturan membacanya sepanjang enam harakat. Kedua yang jumlah
hurufnya ada tiga, di mana huruf layin terletak di tengah-tengah, yaitu huruf
`ain. Bagian kedua ini boleh dibaca sepanjang empat atau enam harakat. Ketiga
yang jumlah hurufnya ada dua, di mana yang kedua adalah huruf mad. Hurufnya ada
lima, yaitu yang tergabung dalam kalimat:(
حي طهر ).
Bagian ketiga ini aturan membacanya sama dengan
mad tabii, yaitu sepanjang dua harakat. Keempat yang jumlah hurufnya ada tiga
dan tidak terdapat huruf mad di tengah-tengahnya. Hurufnya hanya satu, yaitu
alif. Aturan membacanya adalah biasa tidak terdapat mad.
Mad Lazim Mutsaqqal Kalimi, yang dimaksud dengan
istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang bertasydid dalam
satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat. Dinamakan mutsaqqal
karena berat mengucapkannya sebagai akibat terdapatnya tasydid pada huruf yang
sukun. Contohnya huruf alif dalam:(
الضالين ) dari firman Allah Taala(
غير المغضوب عليهم ولا الضالين )
Mad Lazim Mukhaffaf Kalimi, yang dimaksud dengan
istilah ini adalah mad tabii yang bertemu dengan huruf yang sukun (tetapi tidak
bertasydid) dalam satu kata. Aturan membacanya wajib sepanjang enam harakat.
Dinamakan mukhaffaf karena mengucapkannya ringan dan mudah, sebagai akibat
tidak adanya tasydid dan ghunnah pada mad itu. Dinamakan kilmi (kata) karena
sukun asli dan mad tabii itu terdapat dalam satu kata. Contohnya kata(
أالآن ) pada dua tempat dalam surat Yunus,
masing-masing pada ayat 51 dan 91.
Pertemuan Dua Sukun
Sesuai aturan dalam bahasa Arab, jika dua huruf
yang sukun bertemu, maka harus dilakukan salah satu dari dua cara, yaitu
membuang huruf yang pertama atau memberinya harakat, dengan catatan pemberian
harakat tersebut hanya dapat dilakukan ketika washal saja.
Huruf mad harus dibuang (tidak dilafalkan) bila
bertemu dengan hamzah washal di saat bacaan bersambung, walaupun dalam
penulisannya tetap eksis. Contohnya (
إذا الشمس كورت).
Terkadang huruf tersebut dibuang dalam penyebutan dan penulisannya sekaligus.
Hal ini terjadi ketika huruf mad bertemu dengan hamzah washal baik waktu washal
atau wakaf. Seperti huruf ya yang dibuang pada kata(
تحي )dalam ayat(
ربي أرني كيف تحي الموتى ).
Mengharakati Yang Pertama
Alternatif kedua dalam menghindari bertemunya
dua huruf yang sukun adalah dengan memberi harakat fathah, kasrah atau damah
kepada huruf yang pertama sesuai ketentuan yang berlaku.
Huruf yang sukun pertama diberi kasrah, jika
huruf tersebut berada di akhir kata pertama, sementera yang kedua berada di
awal kata kedua. Dalam keadaan seperti ini huruf yang pertama diberi kasrah dan
hamzah washal tidak dilafalkan. Contohnya(
قل ادعوا الله )yang tidak bisa diberi baris fathah atau damah.
Catatan: Jika hamzah washal terdapat setelah tanwin (di saat bacaan
bersambung), maka nun tanwin tersebut harus diberi baris kasrah, seperti tanwin
yang terdapat pada kata(
عادا )dalam ayat(
عادا الأولى ).
Demikian juga huruf lam yang terdapat pada kata(
الاسم )yang terdapat dalam surat
Al-Hujurat. Karena huruf tersebut terletak di antara dua hamzah washal. Oleh
sebab itu huruf lam di atas harus diberi baris kasrah untuk menghindari
bertemunya dua sukun.
Huruf yang sukun pertama diberi fathah. Hal ini
terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama nun pada huruf jar(
مِن )jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya(
وأنا علي ذلكم من الشاهدين
).
Kedua ya mutakallim (kata ganti milik orang pertama) jika bertemu dengan hamzah
washal. Contohnya(
أذكروا
نعمتي التي أنعمت عليكم
).
Huruf yang sukun pertama diberi damah. Hal ini
terjadi dalam dua kasus, yaitu pertama wau layin yang digunakan untuk bentuk
jamak, jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya(
فتمنوا الموت إن كنتم صادقين ).
Kedua huruf mim yang menunjukkan bentuk jamak
jika bertemu dengan hamzah washal. Contohnya (
وسخر لكم الليل والنهار ).
Dilihat dari segi tafkhim (tebal) dan tarqiq
(tipis)-nya, maka huruf hijaiah terbagi tiga. Pertama huruf yang selalu dibaca
tebal, yaitu huruf-huruf isti`la'(huruf-huruf yang terjadi dengan menaikkan
sebagian besar lidah sewaktu menuturkannya).
Kedua huruf yang terkadang dibaca tebal,
terkadang dibaca tipis sesuai posisi huruf dalam ayat, yaitu (huruf lam pada
lafal Allah dan huruf ra).
Ketiga huruf yang selalu dibaca tipis, yaitu
huruf-huruf istifal (yaitu huruf-huruf yang terjadi dengan menurunkan sebagian
besar lidah ketika menuturkannya), selain dari huruf lam dan ra.
Tafkhim menurut etimologi berarti menebalkan atau
menggemukkan. Menurut istilah tajwid berarti gambaran tentang tebalnya bunyi
huruf seakan-akan bunyi tersebut bagaikan memenuhi semua rongga mulut. Hurufnya
ada tujuh, yaitu yang tergabung dalam kalimat(
خص ضغط قظ )
Tingkatan pertama adalah jika huruf tafkhim
berbaris fathah bertemu dengan huruf alif. Contohnya(
قال ).
Tingkatan kedua adalah jika huruf tafkhim
berbaris fathah tidak bertemu dengan huruf alif. Contohnya(
خلقكم ).
Tingkatan ketiga adalah jika huruf tafkhim
berbaris damah. Contohnya(
يقول ).
Tingkatan keempat adalah jika huruf tafkhim itu
sukun. Contohnya(
اقرأ ).
Tingkatan kelima adalah jika huruf tafkhim itu
berbaris kasrah. Contohnya(
قيل ).
Huruf-huruf ada yang terkadang dibaca tarqiq dan
terkadang dibaca tafkhim sesuai dengan kondisi hurufnya. Hurufnya ada tiga,
yaitu pengecualian dari kelompok huruf istifal, masing-masing alif-lam pada
lafal Allah dan ra.
Tafkhim huruf lam pada lafal Allah dan ra.
Pertama lam dibaca tafkhim jika terdapat setelah huruf tafkhim yang lain,
seperti(
قال ) Kedua lam pada lafal Allah dibaca tafkhim jika
terdapat setelah huruf yang berbaris fathah dan damah atau terdapat di
permulaan kata. Contohnya(
قال الله ) , (
عبد الله )dan(
الله لا إله إلا هو ).
Ketiga ra yang selalu dibaca tafkhim pada tiga
kasus, yaitu pertama jika ra itu berbaris fathah, baik terletak di awal, di tengah-tengah
atau di akhir kata. (Dengan syarat dalam keadaan washal).
Contohnya(
ربنا -
بربكم - ليس البر أن تولوا وجوهكم ).
Kedua jika ra itu berbaris damah. Contohnya(
رزقنا - رددت ).
Ketiga jika ra itu sukun dan huruf yang
sebelumnya berbaris fathah, damah atau kasrah (asli) dan sesudahnya terdapat
huruf isti`la', atau huruf sebelumnya berbaris kasrah (bukan asli akan tetapi
karena sebab lain).
Contohnya(
زرعا -
مرتفقا - قرطاس - ارجعوا )
Tarqiq huruf lam pada lafal Allah dan ra.
Pertama lam dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf tarqiq yang lain,
seperti(
الكتاب ) Kedua lam pada lafal Allah
dibaca tarqiq jika terdapat setelah huruf yang berbaris kasrah, baik huruf tersebut
bersambung dengan lam tersebut dalam satu kata atau pada kata lain. Contohnya(
لله ) , (
بسم الله ).
Ketiga ra dibaca tarqiq pada tiga kasus, yaitu
pertama jika ra itu berbaris kasrah. Contohnya(
رجال - مريئا ).
Kedua jika ra itu sukun dan huruf sebelumnya
berbaris kasrah (asli) dan tidak ada huruf isti`la' sesudahnya. Contohnya(
فرعون ).
Ketiga jika ra itu sukun (karena wakaf) dan
terdapat setelah huruf ya mad atau ya layin. Contohnya(
وهو على كل شئ قدير )dan(
ذلك خير ).
Ra boleh dibaca tafkhim dan boleh tarqiq, akan
tetapi tafkhim lebih baik. Yang demikian terjadi pada dua hal: Pertama jika ra
itu sukun (ketika wakaf) dan huruf sebelumnya berbaris fathah atau damah. Contohnya(
إن هذا إلا قول البشر ) (
كذبت ثمود بالنذر
).
Kedua jika ra itu sukun (ketika wakaf), huruf
sebelumnya sukun juga dan didahului oleh huruf yang berbaris fathah atau damah
(yang kalau diwashal berbaris kasrah).
Contohnya(
والعصر ) (
والفجر ).
Catatan: Bagi yang membaca tarqiq dapat
beralasan karena adanya kasrah yang terdapat sebelumnya, tidak melihat kepada
huruf isti`la' yang terdapat sesudahnya. Sedangkan alasan orang yang membaca
tafkhim adalah karena melihat kepada sukun yang terjadi karena sebab tertentu
dan tidak melihat keadaannya ketika diwashal.
Ra boleh dibaca tafkhim, boleh tarqiq, akan
tetapi tarqiq lebih baik. Yang demikian terjadi pada tiga hal: Pertama jika ra
itu sukun ketika wakaf dan sesudahnya terdapat huruf ya yang terpaksa dibuang
untuk meringankan bacaan. Contohnya kata(
يسر )dalam firman Allah swt.(
والليل إذا يسر ) asalnya(
يسري ).
Dalam hal ini, ya terpaksa dibuang untuk
meringankan bacaan. Kedua jika ra itu sukun, terdapat sesudah huruf yang
berbaris kasrah (ketika wakaf) dan di antara keduanya ada huruf isti`la'. Kasus
seperti ini di dalam Alquran hanya terdapat pada satu tempat saja, yaitu kata(
القطر )pada ayat(
وأسلنا له عين القطر ).
Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena
diwashal, sedangkan yang membaca tafkhim beralasan, karena melihat pada sukun
yang terjadi karena sebab tertentu (wakaf).
Ketiga jika ra itu sukun, huruf sebelumnya berbaris kasrah dan sesudahnya
terdapat huruf isti`la' yang berbaris kasrah. Kasus seperti ini di dalam
Alquran hanya terdapat satu saja, yaitu kata(
فرق )pada ayat(
كل
فرق كالطود ).
Bagi yang membaca tarqiq beralasan karena
melihat kepada kasrah yang terdapat sebelum, tidak melihat kepada huruf
isti`las' yang datang setelahnya, karena berbaris kasrah. Bagi yang membaca
tafkhim beralasan, karena melihat kepada huruf isti`la' yang datang setelah ra
itu, tidak melihat kepada kasrah yang terdapat sebelumnya juga tidak melihat
kepada huruf isti`la' yang berbaris kasrah.
Hukum imalah (condong) hanya khusus bagi huruf
ra saja. Dalam keadaan seperti ini ra dibaca tarqiq, karena baris fathah
condong ke baris kasrah dan huruf alif condong ke huruf ya. Kasus seperti ini
di dalam Alquran hanya ada satu saja, yaitu kata(
مجراها ).
Tarqiq menurut etimologi berarti menipiskan.
Menurut istilah tajwid berarti gambaran dari perubahan yang terjadi pada bunyi
huruf yang mengakibatkan bunyi tersebut tidak memenuhi mulut. Huruf tarqiq
adalah semua huruf hijaiah selain huruf tafkhim(
خص ضغط قظ )dan huruf-huruf yang dibaca tafkhim atau tarqiq sesuai kondisi
(alif, lam pada lafal Allah dan ra).
Pertemuan antara dua huruf, baik secara lafal
atau pun tulisan dapat terbagi ke dalam empat kasus, yaitu mitslain (identik),
mutaqaribain (mirip-berdekatan), mutajanisain (sejenis) dan mutaba`idain
(berbeda-berjauhan).
Dalam konteks ini tidak dibahas hukum
mutaba`idain, karena target yang ingin dicapai di sini adalah dapat mengetahui
huruf-huruf yang wajib diidghamkan dan yang tidak. Hal ini tidak didapati dalam
mutaba`idain. Catatan: Hukum izhar dan idgham pada mitslain, mutaqaribain dan
mutajanisain hanya terjadi pada huruf pertama saja, bukan pada huruf yang
kedua.
Mitslain adalah dua huruf yang sama makhraj dan
sifatnya, seperti dua huruf ba atau dua huruf ta.
Mitslain Shaghir, disebut mitslain shaghir bila
huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan saghir (kecil)
karena huruf pertama sukun dan yang kedua berharakat, sehingga mudah
diidghamkan. Aturan bacaannya: Wajib idgham kecuali jika huruf yang pertama
mad, maka wajib dibaca izhar, seperti(
قالوا وهم ), atau huruf pertama ha saktah, maka wajib dibaca izhar,
karena adanya saktah tersebut menghalangi terjadinya asimilasi (idgham).
Seperti ayat(
ماليه هلك ).
Mitslain Kabir, disebut mitslain kabir,bila
huruf pertama dan kedua berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat
dalam Alquran dalam jumlah besar dan karena harakat jumlahnya lebih banyak dari
sukun. Aturan bacaannya: Wajib izhar kecuali pada ayat(
تأمنا ), yang hukumnya idgham disertai isymam, yaitu
memonyongkan dua bibir ke depan di waktu menyebut nun yang sukun pertama dan
mengidghamkannya kepada nun yang kedua. Hal ini dimaksudkan untuk menunjukkan
bahwa baris asal dari nun itu adalah damah.(
تأمنّا )asalnya(
تأمننا )di mana nun pertama
diidghamkan ke dalam nun kedua, maka jadilah(
تأمنّا ).
Mitslain Mutlak, disebut mitslain mutlak bila
huruf yang pertama berharakat dan huruf yang kedua sukun. Dinamakan mutlak
karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya: Wajib izhar menurut pendapat
ahli-ahli qiraat.
Mutaqaribain, disebut mutaqaribain bila bertemu
dua huruf yang makhraj dan sifatnya mirip, atau salah satu dari makhraj dan
sifatnya saja.
Mutaqaribain Shaghir, yang dimaksud dengan
istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama sukun dan yang kedua
berharakat. Dinamakan shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang
kedua berharakat. Aturan bacaannya adalah izhar (menurut Imam Hafsh dan Imam
qiraat lainnya).
Khusus mengenai lam dan ra bila bertemu, maka
wajib dibaca idgham menurut kesepakatan ahli qiraat. Contohnya(
بل رفعه الله - قل رب )kecuali pada(
بل ران ).
, Aturan bacaannya ialah izhar karena adanya
saktah (menurut Imam Hafsh ) yang menghalangi terjadinya proses
asimilasi/idgham.
Mutaqaribain Kabir, yang dimaksud dengan istilah
ini adalah pertemuan dua huruf yang pertama dan kedua berharakat. Dinamakan
kabir (besar) karena terdapat dalam Alquran dalam jumlah besar dan jumlah
harakat lebih banyak dari sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.
Mutaqaribain Mutlak, yang dimaksud dengan
istilah ini adalah pertemuan dua huruf, yang pertama berharakat dan yang kedua
sukun. Dinamakan mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil)
dan kabir (besar).
Aturan bacaannya ialah wajib izhar.
Mutajanisain, disebut mutajanisain bila dua
huruf bertemu di mana makhrajnya sama, sedangkan sifatnya berlainan, seperti
huruf dal dan ta.
Mutajanisain Shaghir, disebut mutajanisain
shaghir bila huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat. Dinamakan
shaghir (kecil) karena huruf yang pertama sukun dan yang kedua berharakat.
Aturan bacaannya ialah wajib izhar, kecuali pada enam tempat yang harus dibaca
idgham, yaitu: 1. Huruf ba dan sesudahnya huruf mim pada ayat (
اركب معنا ) 2. Huruf ta dan sesudahnya huruf dal, seperti(
أثقلت دعوا ) 3. Huruf ta dan sesudahnya huruf tha, seperti(
إذ همت طائفتان ) 4. Huruf tha dan sesudahnya huruf dzal,
seperti(
يلهث ذلك ) 5. Huruf dal dan setelahnya huruf ta, seperti(
ومهدت ) 6. Huruf dzal dan sesudahnya huruf zha,
seperti(
إذ ظلمتم ).
Adapun huruf tha yang sesudahnya huruf ta,
seperti(
أحطت )aturan bacaannya adalah
idgham naqish menurut kesepakatan ahli qiraat.
Mutajanisain Kabir, disebut mutajanisain kabir
bila kedua hurufnya berharakat. Dinamakan kabir (besar) karena terdapat dalam
Alquran dalam jumlah besar dan karena persentase huruf yang berharakat lebih
besar dari huruf yang sukun. Aturan bacaannya ialah wajib izhar.
Mutajanisain Mutlak, disebut mutajanisain
mutlak, bila huruf yang pertama berharakat dan yang kedua sukun. Dinamakan
mutlak karena tidak terikat dengan ketentuan shaghir (kecil) dan kabir (besar).
Aturan bacaannya ialah wajib izhar.
Semoga apa yg ada ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian..
sebagai penambah pengetahuan kita tentang Al;quran serta sebagai bekal dihari yaumul hisab.
Diposkan: Mughni Tri Purwantoro
Fb: Mughnie deaztha
Tw: gotcha_gotchi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar