Rabu, 16 Mei 2012

Pergaulan Remaja



Sosok remaja, merupakan sosok yang sarat dengan berbagai permasalahan. Hampir setiap aspek kehidupan yang dilalui remaja selalu membawa permasalahan. Mengapa demikian ? Karena remaja merupakan “pusat kehidupan”. Pada masa remaja itulah irama kehidupan yang sesungguhnya sedang dimulai. Pada masa remaja itulah masa mencari sedang diawali, oleh karena itulah dalam rangka “menemukan” itulah remaja sering terbentur dengan berbagai masalah, baik masalah yang berdimensi sosial, psikologis maupun personal. Salah satu masalah yang sering membelit remaja adalah masalah CINTA SEX DAN PERGAULAN. Dalam menterjemahkan ketiga hal tersebut remaja sering terpeleset sehingga sebagian remaja sering menjadi korban dari masalah cinta sex dan pergaulannya. Keterpelesetan tersebut terjadi karena ketidaktahuannya remaja tentang Cinta Sex dan Pergaulan itu sendiri. Dalam menterjemahkan sex, cinta dan pergaulan, remaja sering mencampuradukkan ketiga hal tersebut sehingga makna dari cinta, sex dan pergaulan itu menjadi absurt di mata remaja.





Perilaku sexual tidak lepas dari perkembangan kepribadian secara umum. dalam kaitannya dengan cinta, perilaku sexual banyak dipengaruhi oleh proses percintaan itu sendiri. Akan tetapi mencampur adukkan antara perilaku cinta dengan perilaku sexual adalah merupakan keputusan yang sangat salah. Hal inilah (mencampur adukkan antara cinta dan sex) yang harus diluruskan pada konsep yang semestinya.


Remaja bercinta itu wajar. Sebab bercinta (dalam arti jatuh cinta) bagi remaja adalah dorongan instingtif yang bersifat alami. Akan tetapi remaja harus menyadari bahwa antara dunia cinta dan sex merupakan lahan yang sangat berbeda. Antara cinta dan sex memang merupakan dua hal yang saling bersinggungan, tetapi keduanya tidak identik. Fenomena pergaulan dan percintaan remaja yang tampak ada akhir-akhir ini adalah mengarah pada pengaburan arti cinta dan sex. Mereka saling mengartikan bahwa cinta itu identik dengan sex, sehingga tidak jarang remaja putra dan putri melakukan hubungan sex pra nikah demi membuktikan kadar cinta mereja. Tentu kondisi yang demikian ini sangat memprihatinkan kita semua.






Kalau arahnya mengembangkan cinta yang agung dan baru boleh menyentuh kawasan sex secara suci setelah menikah, maka strategi yang dipasang harus menuju kearah sana. Namun sebaliknya kalau arah orang tua penekanannya pada masalah “Asal tidak hamil” maka pola KB remaja dalam artian harafiah adalah merupakan pola yang paling baik (tapi mungkinkah ini terjadi di negeri kita yang religius?)
Bagaimanapun juga perilaku sex pada remaja, selain dipengaruhi oleh faktor endogen dari dalam tubuh sendiri adan faktor eksogen dari lingkungan dan juga masih tergantung dari pengaruh pola didik dan perilaku orang tua. Kalu ibunya dan bapaknya baik, Insya Allah anak keturunannya juga relatif baik, ini artinya peranan orang tua sebagai panutan tidak kecil. Namun demikian tanggung jawab tetap ada pada remaja. Jangan semata-mata menyalahkan orang tua bila terjadi penyalahgunaan sex. Ini yang perlu dikhawatirkan.

1 komentar:

  1. waw....gila bener neeh...cewek2 sma jaman skrg...
    hancurrr bner....hehehe

    BalasHapus